Penemuan Nandus silaban dan Ancaman terhadap Biodiversitas Akuatik Dumai

Dumai, Riau – Juni 2025

Di tengah derasnya arus industrialisasi dan ekspansi perkebunan, sebuah penemuan ilmiah penting datang dari tempat yang tak terduga: Sungai Jin, anak sungai kecil yang mengalir sunyi di wilayah Dumai. Di perairan inilah, tiga peneliti muda berhasil mengidentifikasi spesies ikan baru yang dinamakan Nandus silaban.

Mereka bukan ilmuwan senior atau bagian dari institusi besar. Rachel Arini Partogi Hasiholan-Sidauruk (18 tahun), Rika Sari Hasiholan-Sidauruk (20 tahun), dan Anggie Hasiholan-Sidauruk (16 tahun), bekerja secara independen di bawah komunitas Hasiholan Science Explorer (HSE). Dengan modal keingintahuan dan alat sederhana, mereka mendokumentasikan morfologi unik ikan yang tak pernah tercatat sebelumnya dalam genus Nandus:

  • Sirip dada dengan 18 jari,

  • Mata besar, dan moncong pendek,

  • Serta struktur pori sensorik baru yang dinamai cavus dan poris.

Dalam laporan pracetak yang diterbitkan di ResearchGate, mereka mengajukan bahwa spesimen ini memenuhi kriteria sebagai spesies baru dan diberi nama Nandus silaban, sebagai penghormatan kepada ibu mereka, Romanti Silaban, dan juga untuk menegaskan asal muasalnya yang lokal dan personal.

Namun, kisah Nandus silaban tidak hanya tentang sains. Ini adalah alarm dari lapangan, sebuah pengingat bahwa biodiversitas lokal sedang berada dalam tekanan besar.

Kasus Arcusconcavum romantii: Ditemukan, lalu Menghilang

Ini bukan kali pertama HSE menemukan spesies baru. Tahun sebelumnya, mereka juga berhasil mendeskripsikan lele air tawar unik bernama Arcusconcavum romantii. Namun, hanya dalam hitungan bulan, habitatnya rusak berat karena aktivitas manusia — alih fungsi lahan, polusi air, dan pembukaan akses perkebunan sawit. Hingga kini, spesimen tersebut tidak berhasil ditemukan kembali.

“Kami trauma. Satu spesies hilang sebelum sempat dilindungi. Kami tidak ingin itu terjadi lagi pada Nandus silaban,” ujar Rachel dalam wawancara bersama tim redaksi.

Rachel Arini Partogi Hasiholan-Sidauruk, Ketua Tim Peneliti.

Spesies Baru... Lalu Apa?

Berdasarkan pengalaman tersebut, tim HSE telah menyurati Pemerintah Kota Dumai untuk memohon fasilitasi pemaparan ilmiah kepada dinas-dinas terkait. Tujuannya jelas: membuka mata para pemangku kebijakan bahwa kawasan-kawasan air tawar di Dumai bukan hanya jalur limbah dan kanal produksi, tetapi habitat alami spesies langka yang hanya bisa ditemukan di sini.

Sayangnya, hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari pihak pemerintah. Padahal, waktu menjadi faktor kritis — sebagaimana telah terbukti pada kasus Arcusconcavum romantii.

“Kami tidak menyalahkan siapa pun. Tapi kami butuh tindakan, bukan simpati,” tegas Arif Budiman, Manajer Publikasi HSE.

Arif Budiman, Manajer Publikasi HSE.

Menjaga Sungai, Menjaga Masa Depan

Penemuan ini memberi bukti bahwa masih banyak kehidupan yang belum eksplorasi di sekitar kita. Namun, waktu kita terbatas. Aktivitas pembangunan tanpa mitigasi ekologis telah menyebabkan hilangnya habitat-habitat penting, bahkan sebelum sains sempat mencatat apa yang pernah hidup di sana.

Hasiholan Science Explorer mengajak masyarakat, sekolah, akademisi, jurnalis, dan pemerintah untuk bergerak bersama. Meneliti bukan hanya tugas kampus besar — melindungi bukan hanya urusan LSM. Di zaman kini, setiap warga seharusnya dapat menjadi penjaga ekosistem yang rapuh ini.

MRL-Press